Pengujung

free hit counter

Selasa, 28 Februari 2012

RIWAYAT KERAJAAN DI TEPI BARAT BAGIAN 2

Pagi itu di istana, permaisuri sedang bersedih, sudah memasuki hari kesembilan Raja belum juga kembali dari berburu, sedangkan ngidam Sang Permaisuri sudah tak terbendung lagi, Pagi itu, untuk menghibur kakak iparnya, Cut Sari sengaja memakai pakaian abangnya, yaitu pakaian kebesaran Raja Cut. Cut Sari melakonkan sikap Raja, untuk mengisi waktu agar kakak ipar merasa senang dan gembira.
Sekitar jam sembilan pagi Cut Sari sudah siap dengan pakaian kebesaran, seolah-olah dia seorang Pangeran yang sedang mencumbu isterinya yang berduka.
Demikianlah, pagi itu Cut Sari sedang berdialog, sebagai berikut :

“Oh dindaku, sayang, mengapa wajahmu sangat murung?
Apakah dinda marah pada kanda? Dari jauh kanda datang kemari untuk menemui dinda, tapi dinda tidak senang atas kehadiran Kanda, berhari-hari, berbulan dan bertahun, Kanda merindukanmu. Apakah dinda tidak rindu padaku?”
Tanpa disadari, diluar kamar, Raja Cut berdiri tertegun didepan pintu, sebenarnya Raja ingin membuat kejutan pada Permaisuri, tapi didepan pintu dia mendengar perkataan cumbu rayu yang barusan didengarnya dari dalam kamar, Raja Cut hatinya bergetar karena desakan rasa ingin tahu, pikirannya mulai dirasuki beragam penafsiran, hatinya pun sudah mulai disusupi rasa cemburu, karena kata-kata tadi adalah kata–kata rayuan dari seorang laki-laki, dia merasa tidak enak, agar mendapat kepastian dengan jelas, Raja Cut mengintip dari lubang kunci pintu, melalui lubang kunci tersebut Raja Cut menyaksikan seorang pria berpakaian lengkap kebesaran, bahkan hampir menyerupai pakaian beliau, melihat hal tersebut, Raja Cut hatinya mendidih panas, rasa cemburu naik memuncak ke otaknya, tanpa disadarinya, Raja Cut menendang pintu kamar yang memang tidak di kunci, mendengar pintu ditendang Cut Sari terkejut, melihat ke pintu. Raja Cut karena emosi tidak kenal lagi pada adiknya sendiri. Cut Sari sangat ketakutan melihat abangnya sangat marah, diapun lari ke kamar sebelah, untuk membuka pakaian, Raja Cut dengan emosi tinggi membentak permaisuri yang kebingungan menyaksikan Raja Cut marah, dengan nada suara tinggi Raja Cut berujar, “Kurang ajar, ini rupanya kerjamu selepas saya pergi berburu, berbuat mesum dikamar. Kubunuh kau!” Mendengar ucapan tersebut permaisuri ketakutan, dan dari pintu kamar lain Ibu Suri (ratu) muncul, ingin melerai Raja yang sedang naik pitam karena cemburu buta.
Raja mencabut pedang dengan tergesa-gesa, sewaktu pedang tercabut, terlempar satu ruas bambu kecil yang dibalut rapi, Raja Cut menyangkutkan tali pengikat bambu tersebut pada pergelangan pedang. Melihat Raja Cut mencabut pedang Ibu Suri menjerit, sambil berucap, “Hai Raja Cut, apa yang kau lakukan, mengapa kamu ini, sudah kemasukan jin gunung? karna baru pulang dari berburu rusa, mungkin hantu buru sudah mengikutimu dari gunung sana!” Ibu Suri terdiam sejenak, dan kembali beliau berucap, “Coba kamu lihat, siapa tadi yang kamu anggap sebagai laki-laki mesum, cepat lihat, supaya puas hatimu!” Mendengar teguran dari Ibu Suri, Raja Cut tersadar dari emosinya dia langsung pergi ke kamar sebelah, tempat adiknya lari tadi, setelah berdiri dipintu kamar Raja Cut sangat terkejut, menyaksikan bahwa yang dianggap laki-laki perayu permaisuri tadi adalah adik kandungnya sendiri yaitu Cut Sari. Raja Cut merasa lemah, Ibu Suri Kembali berkata, “Makanya menjadi seorang pemimpin tidak mudah, harus pandai mengendalikan diri.”
Raja Cut kembali menyarungkan pedangnya, dia langsung memeluk adiknya Cut Sari, seraya memohon maaf, adiknya pun begitu juga memohon maaf atas kelancangannya tadi, setelah saling bermaafan, Raja kembali kepada Ibu Suri seraya memohon diampuni, sambil memeluk lutut Ibu Suri, Ibu Suri mengusap-usap kepala anaknya, dan segera meminta Raja Cut menemui permaisuri. Raja Cut segera merangkul permaisuri sambil mohon maaf, dengan ucapan, “Mohon maaf Kanda Adindaku. Sikapku tadi adalah karena rasa cemburu, karena Kanda sangat mencintaimu, apalagi di rahim Adinda sudah tersimpan benih tanda cinta Kanda pada Dinda” Tidak lama berselang, terdengar Ibu Suri berkata, “Raja Cut, bagaimana potongan bambu kecil ini, dan dimana kau dapatkan?” Mendengar ucapan ibu Suri, Raja Cut baru teringat dan berkata, “Di pinggir sungai dihulu, ada anak kecil memohon diberikan uang, ia katanya tidak pernah melihat uang, maka saya berikan uang padanya sekedar, dan dia memberikan bambu itu sebagai hadiah katanya, bambu itu barang wasiat, oleh karenanya jangan mengecewakan anak tersebut, bambu ini saya selipkan saja di tangkai pedang.”
Ibu Suri berkata, “coba kita periksa, mungkin benar yang dikatakan anak tersebut mana tahu ada manfaat di kemudian hari.” Raja Cut beserta Ibu Suri dan Permaisuri serta adik Cut Sari, mereka bersama-sama menyaksikan bambu itu dibelah oleh Raja Cut, sewaktu Raja ingin membelah Ibu Suri berkata, “Hati-hati membelah, mungkin ada sesuatu dalam bambu tersebut, nanti terbelah.”
Setelah Raja Cut memotong tali pengikat bambu itu, Raja Cut membelah dua, didalamnya terdapat satu lembar kertas, setelah dibuka kertas tersebut ada tulisan sebagai berikut ;
Dilihat dengan mata sendiri tidak sah, didengar dengan telinga sendiri tidak sah, diperiksa dan diselidiki baru sah.
Setelah Raja Cut membacakan tulisan itu, Ibu Suri terkejut, Ibu Suri minta Raja Cut memperhatikan gulungan kertas tersebut, Ibu Suri sangat yakin bahwa kertas tersebut adalah tulisan yang diberikannya kepada adik iparnya Teuku Raja Kamil dengan gelar Raja Tulot, Raja Tulot adalah adik kandung dari Raja Muda, sedangkan Raja Muda, adalah ayah dari Raja Cut, yang memerintah kerajaan lama muda sekitar 22 tahun lalu.
Ibu Suri berkata kepada Raja Cut, “Nah, bagaimana hasil buruan kalian, apakah memuaskan?” Raja Cut menjawab, “Mudah-mudahan dengan do’a bunda, dan dengan harapan anak kami dalam kandungan, ananda berhasil dalam berburu, bahkan ananda ada membawa hadiah kepada permaisuri, hadiah itu dibawa oleh teman-teman berburu, nanti boleh kita lihat bersama-sama. Nah Bunda, sekarang saya ingin mengetahui maksud dari tulisan di kertas dalam bambu tadi, mohon bunda ceritakan, karena ibunda sangat tertarik dan sangat terkesan mendengarnya.”


Posted: 3 Oktober 2007 in BudayaUncategorized

Sumber Tulisan Ini : http://desramedia.wordpress.com/2007/10/03/tamatnya-riwayat-kerajaan-di-tepi-barat-bagian-2/


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More